Yak akhirnya saya juga mendapatkan giliran dihampiri oleh virus ini, virus yang sudah mengambil korban cukup banyak di seluruh dunia (saya tidak akan memaparkannya di sini, karena datanya banyak tersebar di internet). Dimana saya mendapatkannya? Saya tidak tahu pasti namun memang tingkat penyebarannya akhir-akhir ini sedang tinggi-tingginya di Jabodetabek dan secara bersamaan saya juga sedang mengejar beberapa dokumen yang harus saya urus dalam rangka mendapatkan NIDN (Nomer Induk Dosen Nasional) sehingga saya harus mengunjungi beberapa tempat seperti misalnya ke kampus tempat saya kuliah untuk mendapatkan legalisir ijazah dan juga beberapa surat keterangan (kesehatan jasmani, kesehatan mental dan bebas narkoba) di RSPAD Gatot Subroto. Walaupun saya tidak tahu pasti namun sepertinya saya mendapatkannya saat saya melakukan perjalanan ke RSPAD, entah apa di rumah sakitnya ataupun pada perjalanannya karena saya menggunakan kendaraan umum pada saat itu. Yang pasti memang pada hari itu memang sangat-sangat melelahkan, asumsi saya pada saat kondisi tubuh yang menurun itulah virus masuk.
Di awali pada tanggal 11 Februari 2022, sesampainya di rumah saya merasakan kelelahan diluar kebiasaan yang membuat malam itu saya langsung tidur lebih cepat. Keesokan harinya mulailah gejala radang tenggorokan dan flu muncul. Saya bersin-bersin terus dan tenggorokan mulai tidak enak.
Hari berikutnya (13 Februari 2022) mulai merasakan tubuh meriang dan demam (sampai 38,5), pada saat itu saya sudah memutuskan untuk isoman di kamar kerja Tyas, sementara kami berencana esok pagi untuk menyiapkan kamar tamu bawah (yang digunakan sebagai tempat olahraga) sebagai tempat saya isoman).
Pada tanggal 14 Februari 2022, saya mulai isoman di kamar bawah. Suhu tubuh sudah mulai normal kembali dan saya mulai mencari informasi untuk tes antigen/PCR. Salah satu teman menyarankan untuk tes setelah 3 hari gejala dimulai, artinya tanggal 15 Februari 2022.
Pada tanggal 15 Februari 2022, saya tes antigen di RSPI Bintaro pada pukul 10, dengan antrian yang cukup panjang dan setelahnya kurang dari 30 menit hasilnya sudah dikirimkan via email dimana hasilnya sudah sama-sama kita ketahui, yaitu positif.
Begitu tahu hasilnya positif, maka seluruh keluarga yang tinggal serumah (istri, anak dan ayah saya) tes antigen juga untuk memastikan ada yang terpapar juga kah selain saya, dan alhamdulillah hasil tesnya semuanya negatif.
Pencarian Obat
Setelah terkonfirmasi positif covid 19, mulailah usaha untuk mendapatkan obat yang seharusnya tidak sulit terutama ketika teman SMA saya yang juga sedang isoman pada saat ini menceritakan kembali pengalamannya pada video ini. Ada 3 pihak yang terkait agar membuat proses layanannya bisa berlangsung dengan mulus, yang pertama Lab tempat tes, yang kedua situs pedulilindungi.id dan yang terakhir adalah kemkes. Saya sudah melakukan tes di Lab RSPI Bintaro (ada dalam jejaring kemkes). Lalu hampir instan status di pedulilindungi.id pun langsung terupdate. Nah pada saat cek untuk pengobatan gratis isoman di kemkes, NIK saya disebutkan tidak terdaftar, akibatnya saya tida claim obat-obatan yang sudah diresepkan oleh dokter (ya saya akhirnya memfollow up sendiri ke fasilitas telemedisin di halodoc).
Sampai tulisan ini dibuatpun saya belum menerima WA dari kemkes yang biasanya teman-teman yang juga terpapar dapatkan agar bisa memfollow up untuk obat-obatan gratis tersebut. Alhasil sampai malam ini saya masih mengonsumsi obat bebas Decolsin tablet.
Mudah-mudahan besok WA dari kemkes sudah dapat saya terima supaya saya bisa mendapatkan obat yang saya butuhkan untuk pengobatan covid 19 ini.
Itu dulu….have a good night, sehat selalu ya
Label: Blog