Selasa, Maret 08, 2022

Rahasia untuk Menjangkau Audiens Target Anda



Apakah konten media sosial Anda menjangkau audiens target Anda? Apakah Anda memposting pada waktu yang tepat dan dengan konten yang tepat? Jika Anda khawatir tidak, lihat beberapa tips yang saya kumpulkan untuk membantu meningkatkan konten Anda.

  • Waktu dan hari terbaik untuk memposting kemungkinan besar akan berbeda untuk setiap akun Anda, penting untuk mempelajari perbedaannya.
  • Pahami jenis konten apa yang paling cocok untuk engagement. Temukan konten seperti apa yang memberikan hasil yang baik untuk Anda di masa lalu sehingga Anda dapat berbagi lebih banyak tentang apa yang berhasil. Demikian pula, pelajari apa yang tidak bekerja dengan baik sehingga Anda dapat mengerjakannya kembali dan mencoba lagi.
  • Lihat hal apa saja yang dapat bekerja dengan baik untuk pesaing Anda sehingga Anda dapat mengambil inspirasi.
  • Audit akun Anda secara teratur untuk tingkat wawasan yang lebih dalam, seperti skor sentimen Anda untuk mengetahui seberapa disukai postingan Anda.

Dengan informasi ini maka Anda bisa lebih aware dengan apa yang perlu dilakukan agar konten media sosial Anda dapat menjangkau audiens yang Anda targetkan tentunya.

Label:

Senin, Maret 07, 2022

3 Fase Dalam Kehidupan Saya



Kira-kira beberapa minggu yang lalu saya bertemu secara tidak sengaja dengan salah satu teman kuliah saya. Dia bertanya pada saya dimana saya bekerja, di industri seperti apa? Apakah masih mendesain produk-produk elektronik rumah tangga? Saya tertegun sejenak. Masya Allah! berapa lama saya sudah meninggalkan dunia tersebut? Perlu saya jelaskan sedikit disini bahwa latar belakang pendidikan saya adalah desain produk industri dimana praktisinya disebut dengan desainer produk industri atau dalam bahasa Inggrisnya, industrial designer. Saya lulus dengan nilai yang cukup baik, dan sempat 6 tahun bekerja sesuai dengan ilmu yang saya pelajari tersebut di perusahaan elektronik asal Jepang yang cukup terkenal, Panasonic (dan National, back then). No wonder kalau banyak orang pada waktu itu mengenal saya sebagai seorang industrial designer.

Saat saya masih kuliah, saya sempat juga bekerja di sebuah biro desain yang sekarangpun sudah jadi biro desain yang cukup ternama, namanya Dedato (sekarang namanya Dedato Indonesia). Pokoknya saya dikenal sebagai hardcore industrial designer yang tidak mau berpaling ke dunia lain. Itulah fase pertama saya menjadi orang dewasa yang tidak lagi tergantung lagi oleh orang tua saya.

Fase kedua adalah ketika saya jatuh cinta terhadap dunia internet (istilah digital pada saat itu belum terlalu dikenal). Menggabungkan kemampuan mendesain dengan dunia internet menjadikan saya sebagai seorang web developer dan desainer di malam hari dan seorang industrial designer untuk Panasonic di siang hari. Hari demi hari, bulan demi bulan saya menggeluti dunia internet ini. Saya bereksperimen dengan membangun beberapa komunitas maya berbasis mailing-list, yang akhirnya memberikan bekal yang membuat saya diterima di perusahaan global, Yahoo!

Fase ketiga adalah fase paska Yahoo!, yang dimulai saat saya memutuskan untuk resign di tahun 2014, setelah sekitar 5 tahun bersama Yahoo! Fase ini adalah fase pencarian yang panjang dan terberat sampai saat ini menurut saya. Di fase ini saya yakin tidak ada lagi orang yang tahu bahwa saya adalah seorang industrial designer. Sebagai gantinya saya dikenal sebagai pengamat digital, hanya semata-mata karena saya memulainya jauh lebih dulu dari kebanyakan orang. Apakah benar demikian? Saya sangat yakin inilah persepsi banyak orang pada saat ini melihat keberadaan saya. Tidak memiliki branding yang kuat karena positioning yang juga tidak terlalu jelas juga.

Pertanyaan banyak orang tentang saya biasanya berkutat pada dua fase pertama. Karena memang pada masa-masa itulah positioning saya cukup jelas.

Lalu sekarang saya ngapain sih?

Okay…..sepertinya agak terlalu lama saya menjadi orang yang tidak diketahui pekerjaannya. Saya pikir mungkin ada baiknya saya mulai untuk bercerita tentang apa saja yang saya kerjakan pada saat ini dengan perspektif pekerjaannya (bukan dari perspektif saya), sehingga akan jadi runtutan konten yang lebih relevan.

Lagian cukup kali ya di blogpost ini saja cerita tentang saya…:-)

Photo by Keagan Henman on Unsplash 

Label:

Minggu, Maret 06, 2022

Belajar Mendengar



Begitu banyaknya permasalahan yang muncul disebabkan karena ketidak mampuan kita berkomunikasi. Lho maksudnya gimana ini? Komunikasi itu kan tinggal menyampaikan pesan lalu kita dengar pendapatnya seperti apa, dan dilanjutkan dengan diskusi. Ya idealnya seperti itu, hanya kita juga harus paham bahwa banyak hal yang mempengaruhi perjalanan topik/pesan tersebut saat berusaha disampaikan. Salah satunya adalah ego.

Lho kok ego? Iya ego itu berkali-kali menjadi penghalang komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Kok bisa begitu? Karena seringkali terjadi dalam sebuah diskusi, komunikasi itu terhenti karena di trigger oleh ego. Sebentar….mungkin akan lebih mudah jika saya berikan contoh cerita kali ya.

Suatu hari, saya bertemu dengan salah seorang teman baru yang juga dikenalkan oleh teman saya yang lain. Pembicaraan dibuka oleh saling berkenalan dan lalu dilanjutkan dengan berbagi ide. Namun baru mulai membuka cerita dan tercetus topik ide tersebut, teman baru ini langsung menumpahkan seluruh ide-ide tentang topik yang serupa (tapi tak sama), sehingga saya akhirnya memutuskan berhenti untuk berbagi. Komunikasi yang terbentuk jadi berbalik satu arah. Saya tidak bisa menyelesaikan penyampaian pesan ke teman baru saya, karena dengan tiba-tiba ia jadi seolah langsung tahu semua permasalahannya (which is not), menyudutkan saya menjadi seorang pendengar yang ia harapkan menyetujui ide yang ia sampaikan.

Saya tidak sekali dua kali bertemu dengan orang seperti ini. Punya ide segudang, punya kemampuan mewujudkannya, namun tidak mampu mendengarkan. Saya menganggap orang-orang seperti ini punya masalah dengan ego sehingga mereka tidak bisa mendengarkan orang lain. Apakah hal tersebut salah? Ya, bisa salah dan bisa juga tidak. Ini masalah kecocokan. It takes two to Tango, except if you want to dance alone. Bisa jadi orang-orang seperti itu merasa tidak punya masalah (awalnya tidak), namun ketika ia mulai berusaha mendikte idenya ke arah yang ia rasa benar dan keukeuh bilang bahwa ini adalah pemecahan yang kita semua butuhkan, saat itu juga komunikasi tidak ketemu. Paham atau tidak paham jadi bukan masalah lagi karena hanya satu pemahaman yang ingin ia dengar, sampai akhirnya orang tersebut belajar mendengar dan memahami inti permasalahan yang tidak ia dapatkan.

Pernah mengalami hal seperti ini?

Label:

Sabtu, Maret 05, 2022

Sakit



Kalau diperhatikan sebetulnya rasa sakit itu adalah mekanisme pertahanan yang paling hebat untuk semua mahluk hidup di manapun. Lho? Gimana bisa?

Rasa sakit itu alert system terhadap sesuatu yang kelihatannya bakal merusak bagi vehicle yang kita kenakan saat ini (baca: tubuh). Well, kalian mesti baca dulu tulisan saya sebelumnya yang menjelaskan bahwa semua mahluk hidup itu adalah astronot yang sedang ditugaskan oleh higher being yang oleh setiap agama disebut Tuhan atau Dewa.

Kembali ke rasa sakit, semua sensor yang ada pada permukaan tubuh yang dinamakan sebagai indera perasa akan memberikan sinyal bahaya berupa rasa sakit ke pusat kontrol yang lalu memberikan perintah pada bagian terkait untuk segera menghindar. Apakah itu terkena benda panas, terkena benda tajam.

Pencipta kita tidak memberikan buku petunjuk karena sebetulnya buku petunjuk yang paling baik itu adalah pengalaman. Oleh karena itu menurut saya ketika pertama kali kita bertugas/dilahirkan (dengan mengenakan baju tubuh ini) kita hanya punya bekal naluri hidup. Survival kit lainnya akan kita dapatkan seiring dengan berjalannya waktu. Pola yang sama juga terjadi pada mahluk lain, tentunya dengan cara mereka masing-masing.

Seorang anak tidak akan tahu bahwa setrika yang menyala itu panas dan menyakitkan. Ia akan belajar bahwa setrika (yang sedang menyala) itu panas saat ia bersentuhan langsung dan secara refleks ia menghindar dan menangis atau, dengan kemampuan berkomunikasi yang manusia miliki, maka orang tua akan memberitahu dengan cara yang terbaik tentunya sehingga si anak tahu dan sadar tentang perasaan sakit yang akan ia alami berkenaan dengan resiko-resiko yang mungkin akan terjadi. That’s how we learn.

Perasaan yang tidak menyenangkan itu akan membangun trauma yang lalu secara naluri akan dihindari. Maka terbentuklah sistem pertahanan secara proaktif yang dibangun dari pengalaman reaktif di awal.

Kenapa kita harus risau jika ancaman-ancaman sakit tersebut hanya akan menyentuh vehicle yang kita gunakan, dalam hal ini tubuh kita? Ya sederhananya karena sejak kita ditugaskan, tubuh yang kita kenakan ini sudah menjadi satu kesatuan, dan semua sistem pertahanan tersebut memberikan peringatan dari perasaan yang tidak menyenangkan (rasa sakit). Jadi regardless kita berpikir bahwa itu “hanya” tubuh kita yang terdampak, namun kita menyebutnya ya kita (secara keseluruhan) yang terdampak.

Begitu kira-kira…:-)

Label:

Jumat, Maret 04, 2022

Astronot



Semua mahluk adalah astronot yang sedang menjalani tugas penempatan di dunia yang sedang ditempati. Kebetulan manusia penempatannya di Bumi bersama dengan mahluk-mahluk lainnya yang juga sebenarnya memiliki tujuannya sendiri-sendiri (purpose). Untuk hidup disebuah tempat kita semua diberikan perangkat khusus, wahana (vehicle) supaya bisa bertahan. Perangkat khusus ini membuat kita bisa bertahan hidup mulai dari dilahirkan sampai tugas kita berakhir. Perangkat khusus ini sangat canggih karena bisa tumbuh dan membesar seiring dengan lamanya kita hidup didaerah tempat kita ditugaskan. Mengapa harus bisa membesar? Ya karena pada setiap stage kehidupan masing-masing dari kita punya tugas khusus yang disesuaikan dengan umur. Kita mengenal perangkat khusus ini dengan “tubuh” (body). Jadi sejak dilahirkan kita memang dibuat untuk “menyatu” dengan perangkat ini agar bisa hidup di tempat kita bertugas yang namanya Bumi. Ya kita sedang ditugaskan di Bumi.

Tubuh adalah perangkat yang sangat canggih. Ia bisa tumbuh, dan dapat memberikan tanda pada kita si astronot seperti misalnya:

  • Mengisi bahan bakar/ mencharge jika sudah habis dengan rasa lapar dan haus sehingga si astronot bisa memerintahkan tubuh untuk makan dan minum
  • Menghindar dengan cepat dengan adanya rasa sakit sebagai alarm terhadap hal-hal yang bisa membuat rusak tubuh
  • Sistem alert berupa suhu badan tinggi jika ada serangan dari mahluk-mahluk lain yang berupa penyakit
  • Dan banyak lagi kehebatan tubuh yang akan panjang sekali jika dipaparkan di sini.

Dari mulai pertama kali para astronot mulai mengenakan perangkat tubuh ini dan meluncur keluar dari tubuh yang lebih besar yang ditugaskan untuk meluncurkannya (tubuh seorang ibu), tubuh akan tumbuh, seiring dengan bertambahnya waktu serta berbarengan dengan bertambahnya tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh si astronot. Sampai akhirnya satu per satu bagian dari tubuh rusak dan tidak bisa berfungsi yang berarti inilah tanda-tanda bahwa si astronot sudah harus berangkat ke tempat lain untuk tugas yang lain pula diawali dengan meninggalkan tubuh.

Label:

Kamis, Maret 03, 2022

Empathize



Dalam pencarian solusi, langkah dasar yang terpenting adalah empathize atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai berempati.

Apa sih artinya empathize itu? Empathize atau berempati itu adalah memahami atau merasakan apa yang dialami oleh orang lain dari dalam kerangka acuan sudut pandang mereka, atau dengan kalimat yang lebih singkat adalah kapasitas untuk menempatkan diri pada posisi orang lain.

Mungkin belum banyak yang tahu (atau malah kebalikannya, semua sudah pada tahu) bahwa empathize ini adalah langkah awal pada metode Design Thinking, dimana sebelum kita menentukan permasalahan yang ada kita berusaha untuk “merasakan” sendiri agar bisa tahu permasalahan yang sebenarnya untuk kemudian bisa dilanjutkan ke langkah-langkah selanjutnya yang berujung pada problem solving atau solution finding.

Banyak dari kita mencoba memecahkan sebuah masalah, terjebak dengan pencarian solusi dari satu sisi saja, dan ironisnya permasalahan tersebut dilihat bukan dari sudut pandang yang terkena masalah tersebut melainkan sisi pencari solusi, dan ini menjadikan hasilnya jadi sangat mungkin meleset. Salah satu langkah yang sering dilewati justru langkah pondasi atau di awal yang disebut dengan empathize ini.

Problem yang sering dihadapi sehingga kita sering missed pada langkah empathize ini bermacam-macam, salah satunya adalah ingin cepat-cepat kelar dan sangat yakin bahwa apa yang kita rasakan sudah pasti mewakili pengguna yang ingin kita bantu pecahkan masalahnya. Sehingga saat jadi, pemecahannya jadinya didasari oleh asumsi. Ini yang membuat seluruh proses pencarian solusi jadi wasted.

Ingin memiliki Design Thinking mindset?, mulailah dengan membiasakan diri melakukan empathize atau berempati.

Tertarik untuk belajar tentang Design Thinking? Silahkan tinggalkan pesan di kolom komen atau silahkan hubungi saya via media sosial yang terlampir di blog ini ya


 

Label:

Rabu, Maret 02, 2022

Makam & Aktivitas Tahunan Yang Mengikutinya



Sebentar lagi kita akan memasuki bulan puasa dan juga lebaran yang selalu diikuti oleh aktivitas-aktivitas khas yang jarang terjadi di bulan-bulan lain ataupun waktu-waktu lainnya, mulai dari sahur, buka puasa, begadang, lemes disiang hari bolong, ngeracunin temen supaya buka...uuppss...hehehe, itu sih bukan aktifitas ya, dasar jahil aja...hehehe. Yang paling ketara adalah kegiatan mengunjungi makam keluarga, yang oleh orang Jawa istilahnya Nyekar dan kalau orang Sunda istilahnya Nadran. Kegiatan ini dilakukan sebelum memasuki bulan puasa dan sewaktu lebaran, yang serentak bikin jalan-jalan besar disekitar pemakaman macet total..tal...tal...

Cuman kepikiran aja sih sebenarnya, kalau dilihat-lihat, sebuah makam itu minimal berukuran 1x3 meter kan, dan kalau sudah jadi pemakaman yang isinya beratus-ratus makam, kebayang dong berapa besar lahan yang dibutuhkan untuk makam-makam tersebut. Dulu sempat mikir, kalau mengambil logika tempat parkir mobil yang juga butuh tempat parkir selebar mobil itu sendiri, maka sejak sekarang sudah ada tempat parkir mobil bertingkat, bisa gak ya makam diperlukan seperti itu juga? Kalau bisa, wueleeeh....bakalan ngirit tempat buanyaaak banget. Bayangannya ada sebuah gedung yang fungsi ruangan2nya adalah makam....keren gak tuh....hehehe. Cuman kalau dipikirin lebih dalam lagi, artinya disetiap ruang makam tersebut mesti ada tanah yang dalemnya sekitar 1,5 meter atau lebih. Belum proses hancurnya jenazah oleh tanah, duuh....ternyata gak sesimpel itu ya, malah rasanya justru nambah keruwetan.

Ngomongin ngirit tempat, ada satu cara lagi, yaitu kremasi, atau dibakar sampai jadi abu. Cara ini dilakukan di India dan juga China. Di Bali juga dilakukan upacara pembakaran jenazah yang disebut Ngaben. Cara ini adalah cara favorit saya, walaupun di agama saya gak dikenal cara kremasi ini. Bayangin, kalau semua jenazah dikremasi, lalu abunya dimasukkan kedalam guci. Yang ada pengelola pemakaman akan banyak yang bangkrut dan memulai bisnis penyimpanan guci abu jenazah. Kalaupun mau, bisa saja disimpan sendiri guci nya dirumah, lalu setiap saat bisa dilakukan nyekar atau nandran tanpa mesti kenal waktu. Nah dijamin gak akan muncul kemacetan2 yang bikin kita semua susah...:-)

Foto: Media Indonesia

Label:

Dilema Adele



Anda pasti tahu ya dengan penyanyi Inggris bersuara dahsyat Adele, yang melahirkan hits-hits hebat seperti Easy On Me, Someone Like You, Rolling In The Deep, dan lain sebagainya. Saya gak terlalu tahu kebenarannya hanya saja banyak yang bilang bahwa lagu-lagu hits dari Adele ini tercipta ketika dirinya sedang patah hati.

Anggap saja hal tersebut benar, apa rasanya jika Anda jadi Adele jika orang-orang berharap akan ada lagu keren setiap kali Anda patah hati? Dengan kata lain apakah semua pendengar jadi mengharapkan agar kisah cinta Anda hancur supaya bisa tercipta lagu yang keren?

Saya tidak bisa membayangkan sih jadi Adele jika memang itu yang terjadi. Untungnya walaupun saya suka lagu-lagu Adele, tapi saya bukan termasuk yang ngefans berat, sehingga mungkin dilema itu tidak terjadi pada saya. Hanya saja saya sangat bisa berempati pada Adele dan juga pada para fansnya Adele yang terjebak dilema tersebut.

What do you think?

Photo by CHRISTOPHER MACSURAK – Flickr, CC BY 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=17867504

Label:

Selasa, Maret 01, 2022

Jebakan Algoritma


Pernah kah Anda terheran-heran karena tiba-tiba salah seorang anggota keluarga Anda sikapnya jadi seperti ekstrimis radikal yang terlihat dari opini-opini dalam percakapannya, serta juga kadang pada posting-posting di media sosialnya? Kok jadi begitu ya?

Saya menyebut orang-orang seperti itu dengan korban dari jebakan algoritma media sosial. Lho maksudnya gimana sih? Jadi begini, banyak orang menganggap semua konten yang ada di internet itu informasi yang valid, terutama jika penyajiannya begitu meyakinkan, sehingga membuat para pembaca merasa bahwa apa yang disampaikan itu benar. Dan jika konten-konten seperti ini ditemukan di media sosial, maka sesederhana kita membacanya sampai selesai, algoritma media sosial akan menangkap bahwa si pembaca menyukainya, dan sistem algoritma akan memilihkan konten-konten serupa untuk terus menerus disajikan.

Sistem algoritma tidak mengenal baik-buruk ataupun benar-salah, sehingga begitu kita mengonsumsi sampai selesai satu konten, maka dianggapnya kita menyukainya. Begitulah cara kerja algoritma pada media sosial.

Nah hal ini diperparah jika kita tidak paham cara kerja algoritma, maka kita akan merasa semua kontennya ya begitu adanya. Bahkan ia tidak perlu mencari, namun sistem menyajikannya. Begitu terus menerus sehingga si orang tersebut seperti terkena jebakan algoritma.

Bagaimana cara membantu mereka? Ya sepertinya mudah ya dengan memberitahu mereka untuk tidak mengonsumsi konten-konten radikal seperti itu, namun jika mereka tidak diajarkan untuk secara proaktif mulai mencari konten-konten lain, ya usaha Anda untuk menolongnya akan sia-sia jadinya. Karena secara pasif mereka akan berputar-putar mengonsumsi konten serupa saja.

Mintalah akses ke media sosial mereka, lalu mulailah bantu mencarikan konten-konten lain untuk dinikmati secara penuh sehingga lama kelamaan sistem algoritmanya bisa menyajikan konten-konten yang berbeda.

Ya memang mesti sedikit effort sih, tapi worth it kalau memang bisa membantu mereka terlepas dari jebakan algoritma tersebut. 


Label: